Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) menyiapkan strategi menghadapi pemberlakuan tarif impor 32%, yang akan diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap produk asal Indonesia, termasuk Jateng.
Selain mencari peluang pasar baru, kerja sama dengan sister province, kerja sama dengan Lampung, Kepulauan Riau dan Maluku Utara, juga memperkuat sektor industri energi hijau untuk menembus pasar Eropa.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng July Emmylia mengatakan, saat ini pihaknya mengidentifikasi peluang diversifikasi pasar selain Amerika Serikat.
“Pertama kami akan melakukan Bussiness Matching Industri Kecil Mandiri dengan pasar Uni Emirat Arab, pada Agustus 2025. Kami juga mengakselerasi penerbitan surat keterangan asal, sebagai upaya peningkatan daya saing ke negara tujuan ekspor di luar AS,” ujarnya.
Dia menambahkan, berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Jateng pada Januari – Mei 2025 mencapai US$4.792,22 juta.
Dari angka tersebut, Amerika Serikat menjadi negara terbesar tujuan ekspor nonmigas Jateng pada Januari – Mei 2025.
Tercatat, pada kurun tersebut nilai perdagangan luar negeri ke Negeri Paman Sam mencapai US$2.146,28 juta.
Posisi kedua diduduki oleh Jepang dengan US$385,59 juta, kemudian Republik Rakyat Tiongkok dengan US$208,50 juta.
Selanjutnya, negara – negara di ASEAN sebesar US$308,48 juta dan Uni Eropa US$555,73 juta.
Selain langkah – langkah tadi, Emmy menyebutkan masih ada upaya untuk menjajaki pasar alternatif selain Amerika Serikat, di antaranya dengan mengakselerasi penerapan industri hijau.
Perlu diketahui, potensi energi hijau atau energi baru terbarukan di Jateng relatif besar.
Catatan Institute for Essential Services Reform (IESR), potensi EBT di Jateng meliputi energi surya 194.280 MWp, potensi energi angin 6.003 MW, bioenergi 105 MW, dan potensi energi air 730.3 MW.
Kebutuhan produk yang dihasilkan dari industri energi hijau di Eropa, kini tengah menjadi tren dan sebagai syarat untuk menembus pasar Benua Biru.
“Kami juga mengakselerasi penerapan industri hijau untuk menyasar pasar Eropa,” ungkapnya.
Emmy menambahkan, berbagai strategi ini sesuai dengan instruksi Gubernur Jateng Ahmad Luthfi guna menyiasati penerapan tarif impor 32%, yang akan diberlakukan pada barang asal Indonesia ke Amerika Serikat.
Gubernur Luthfi menegaskan, ada tiga strategi yang akan diterapkan di antaranya kerja sama dengan Kadin dan HIPMI dalam membuat Rumah Kurasi, untuk membawa produk Jateng ke pasar baru di regional dan internasional.
Langkah kedua, bekerja sama dengan sister province, yakni Fujian, Melaka dan Singapura.
Selain itu, adapula upaya memperkuat perdagangan dengan provinsi Kepulauan Riau, Maluku Utara dan Lampung, juga pengembangan perekonomian aglomerasi (antarkeresidenan di Jateng). BIG