Gubernur Banten Andra Soni mengatakan bahwa banyak ulama masyhur yang lahir di bumi Banten, termasuk dari Kabupaten Pandeglang seperti Syekh Asnawi Caringin.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten memiliki komitmen tinggi pada pemajuan pendidikan keagamaan apalagi Banten juga dikenal sebagai daerah sejuta santri dan seribu ulama.
“Provinsi Banten sejak dahulu sudah terkenal dengan sebutan daerah sejuta santri dan seribu ulama. Ulama – ulama besar Banten banyak mendirikan pondok pesantren, seperti Syekh Nawawi Albantani, Syekh Asnawi Caringin, Syekh Mansyur, Syekh Abdul Karim dan Syekh Dimyati,” kata Andra Soni saat acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul ke-15 Tb A Ma’ani Rusdji di Yayasan Perguruan Islam Mathla’ul Anwar Linahdlatil Ulama (Malnu), Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang.
Latar belakang tersebut menjadi komitmen Pemprov Banten agar lembaga pendidikan dan keagamaan perlu mendapatkan perhatian lebih.
Pemprov Banten, dia menambahkan, mendukung berbagai kegiatan atau program keagamaan, seperti dengan memberikan bantuan untuk penunjang sarana dan prasarana lembaga pendidikan keagamaan.
Menurut Andra Soni, Malnu juga memiliki sejarah panjang dalam memberikan pendidikan keagamaan bagi anak – anak bangsa.
Kehadirannya telah memberikan pengaruh besar terhadap upaya penyebaran agama Islam bercorak ahlusunnah wal jamaah di tanah jawara.
“Saya berharap keberadaan lembaga pendidikan ini akan terus bertambah maju dengan sebuah grand design pendidikan pesantren,” ujarnya.
Selain itu, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Pandeglang bersama Malnu ini merupakan salah satu momentum untuk memperkuat persaudaraaan sesama umat, termasuk membangun kecintaan untuk membangun bangsa dan Provinsi Banten.
Andra Soni juga mengajak untuk bersama-sama meneladani akhlak mulia para ulama. Ulama sebagai waliyullah memiliki peran penting dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.
“Ulama sebagai pewaris nabi memiliki peran penting dalam tatanan kehidupan masyarakat,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua umum PB Malnu Uuf Zaki Gufron menceritakan peran Malnu dalam penyebaran pendidikan agama Islam bercorak ahlussunnah wal jamaah di Pandeglang.
Sejak tahun 1970, Malnu terus berkontribusi pada upaya peningkatan kesejahteraan kiai.
Bahkan, salah satu pendiri Malnu telah mengeluarkan SK kepada seribuan lebih guru madrasah se-Kabupaten Pandeglang.
“Dari terobosan itu, Alhamdulillah NU sangat jaya di Pandeglang dan para kiainya hidup dengan sejahtera,” tuturnya.
Selain sebagai pusat pendidikan keagamaan, Malnu di Kecamatan Menes juga pernah dijadikan sebagai lokasi Mukhtamar NU ke-13 pada tahun 1938.
Sejumlah ulama NU terkemuka hadir berkumpul di Menes dari berbagai daerah, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.
Pada Mukhtamar itu, untuk pertama kalinya ada dua perempuan NU yang berpidato di hadapan para kiai, yakni Nyai Djuaesih, perempuan kelahiran Sukabumi yang tinggal di Bandung, serta ada nama Siti Syarah, perempuan lokal asal Menes.
“Dari situlah kemudian muncul gerakan perempuan yang mewarnai perjuangan NU sampai saat ini,” ungkapnya. BIG