JATENG MagzRegional

Pemkot Semarang Perkuat Mitigasi Banjir Lewat Sistem Peringatan Dini

×

Pemkot Semarang Perkuat Mitigasi Banjir Lewat Sistem Peringatan Dini

Sebarkan artikel ini
Upaya meminimalisir bencana dengan mitigasi penguatan sodetan Unissula Kaligawe, Semarang. (dok. semarangkota.go.id)

Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang terus melakukan langkah – langkah mitigasi guna mengurangi risiko bencana banjir di masa mendatang.

Upaya tersebut dilakukan berdasarkan hasil asesmen pasca banjir yang terjadi pada 23 Oktober hingga 5 November 2025.

Kepala BPBD Kota Semarang Endro Pudyo Martantono menjelaskan bahwa sejumlah langkah jangka pendek dan menengah kini tengah dilakukan, terutama di wilayah Kaligawe yang menjadi salah satu titik rawan genangan.

“Beberapa hari ke depan kami fokus memperkuat sodetan Unissula untuk memperlancar aliran air dan menanggulangi banjir di kawasan Kaligawe,” ujarnya.

Dia menuturkan, strategi mitigasi jangka pendek yang dijalankan dalam kurun satu bulan hingga tiga bulan ke depan mencakup lima fokus utama, yaitu:

  1. Percepatan dan penguatan sodetan Unissula Kaligawe.
  2. Optimalisasi drainase dan pompa melalui normalisasi harian, penambahan pompa besar, serta penyediaan pompa cadangan.
  3. Penguatan sistem peringatan dini (Early Warning System) dengan memaksimalkan informasi cuaca dari BMKG melalui sirine, SMS blast dan kanal resmi Pemkot Semarang.
  4. Penguatan logistik tanggap darurat, seperti stok sembako, air bersih, obat – obatan dan selimut.
  5. Penataan cepat wilayah rawan, dengan menertibkan galian liar dan bangunan di bantaran sungai yang menghambat aliran air.

Mengenai 14 hari ke depan, BPBD Kota Semarang juga memprioritaskan empat langkah utama, yakni pembersihan sedimentasi, perbaikan infrastruktur dasar seperti jalan dan saluran.

“Persiapan penempatan posko cepat tanggap di tiap kecamatan terdampak dan aktivasi tim monitoring cuaca selama 24 jam,” tuturnya.

Selain itu, Endro menambahkan, pihaknya memerlukan dukungan dari pemerintah pusat untuk mempercepat pemulihan dan penguatan infrastruktur pengendalian banjir.

Dukungan tersebut antara lain berupa penambahan pompa besar dan genset, lanjutan program Operation and Maintenance Contract (OMC), percepatan pembangunan sistem pengendali banjir pesisir atau tanggul laut, serta alokasi dana tidak terduga (BTT) dan dana rehabilitasi – rekonstruksi pasca bencana.

Banjir yang terjadi di akhir Oktober hingga awal November 2025 berdampak cukup luas, dengan 63.400 jiwa atau 21.125 kepala keluarga terdampak di 20 kelurahan.

Beberapa wilayah yang terdampak antara lain Genuksari, Gebanganom, Kaligawe dan Trimulyo, serta menyebabkan empat korban jiwa meninggal dunia.

Faktor penyebab utama banjir meliputi curah hujan ekstrem, drainase tersumbat, pasang tinggi air laut dan hambatan aliran sungai.

“Kami berharap kejadian banjir serupa bisa diminimalisir melalui sinergi semua pihak, mulai dari pemerintah daerah, provinsi hingga pusat,” jelasnya. BIG

 

 

 

 

Facebook Comments Box