Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menginginkan agar ekowisata alam Pemancingan Poyotomo di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri) mampu menarik wisatawan mancanegara (wisman) asal Singapura dan Malaysia.
Sandiaga menjelaskan, salah satu fungsi utama dari pengembangan green tourism adalah sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) yang memiliki potensi sangat besar, mulai dari segi pendekatan sumber daya lingkungan, ekonomi, sosial, budaya, dan pengendalian permasalahan polusi udara.
“Wisata alam saat ini paling diminati dengan mengusung konsep green tourism dimana terdapat tren terbaru pariwisata dan ekraf dengan 63% di antaranya menyasar sektor kuliner,” ujarnya saat Visitasi Green Tourism Poyotomo di Poyotomo Fishing Park Bintan Buyu, Teluk Bintan, Bintan.
Selain itu, di atas 50% menyasar sektor culture dan adventure, tadi juga ada budaya melayu yang ditampilkan dari daya tarik dan ini menjadi daya tarik dari taman pancing Poyotomo.
Menparekraf menjelaskan, green tourism merupakan salah satu solusi utama dan berharap konsep ini betul-betul serius dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia.
Kawasan terbuka hijau ini akan didorong di daerah perkotaan maupun di kabupaten, khususnya mengembangkan ruang terbuka hijau dengan penataan yang baik, sehingga selain dapat melestarikan alam juga merupakan suatu pendekatan energi baru.
“Saya berharap ini menjadi salah satu daya tarik meskipun didominasi wisatawan nusantara, harapannya lebih banyak wisman, terutama dari Malaysia dan Singapura yang dating,” ungkapnya.
Di lokasi ini, wisatawan akan menikmati suasana sawah yang sejuk dan juga bisa menyaksikan langsung panorama memesona hamparan padi dengan view puncak gunung.
Sandiaga juga menyarankan agar pengelola Poyotomo terus mengembangkan kawasan dari 10 hektare yang dimiliki sementara untuk yang dikelola dan baru saja memgembangkannya seluas 6 hektare untuk merespons banyaknya permintaan yang datang.
Kawasan tersebut memiliki sejumlah potensi wisata. Pertama, yang menjadi potensi adalah wisata edukasi, terutama berkaitan dengan edukasi berbasis flora dan fauna, di sini ada ekosistem alam yang tidak bisa ditemui di Malaysia ataupun Singapura.
“Kedua yang sangat berkembang adalah korporasi atau wisata berbasis bounding sehingga ada tema-tema korporasi yang bisa diarahkan ke sini, lantaran di sini ada wisata glamping dan camping, sehingga bisa dikembangkan,” tuturnya. BIG