Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengatakan, event – event besar menjadi motor utama kebangkitan ekonomi pariwisata Kota Bandung sepanjang tahun 2025.
Dengan strategi fokus pada sektor Meeting, Incentive, Convention and Exhibition (MICE) Kota Bandung kembali menjadi magnet event nasional yang berdampak langsung pada peningkatan hunian hotel dan aktivitas ekonomi masyarakat.
“Begitu MICE bergerak, semua sektor ikut bergerak, transportasi, hotel, restoran, vendor, sampai pengisi acara. Konsekuensinya macet dan harga naik, tapi itu masalah yang baik,” ujar Farhan.
Menurutnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tidak ingin pariwisata kota hanya bergantung pada kuliner semata.
Oleh karena itu, dia menambahkan, berbagai agenda skala besar terus digelar, mulai dari Pocari Run, Pasar Seni ITB hingga Asia Afrika Festival.
Event – event tersebut disebut berhasil menarik wisatawan dengan daya beli tinggi dan memperkuat citra Bandung sebagai kota kreatif dan berkelas.
“Kita ingin Bandung dikenal dengan event – event premium, bukan yang merusak wajah kota. Fokus kita pada seni, budaya, olahraga dan MICE,” tegasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat per 1 Oktober 2025, tingkat hunian hotel di Kota Bandung melonjak tajam selama periode Juli hingga Oktober 2025.
Pada Juli 2025, bertepatan dengan gelaran Pocari Run, tingkat okupansi hotel mencapai lebih dari 80%, jauh di atas rata – rata nasional.
Bahkan, menurut data Telkomsel Mobility, terjadi peningkatan pergerakan wisatawan hingga 127% pada 19 – 20 Juli, dari 8.662 orang menjadi 19.702 orang.
“Pengunjung luar Bandung mencapai 53%. Paling banyak dari Jakarta Selatan, sekitar 1.600 orang,” ujar Farhan.
Meski sempat turun pada Agustus akibat efisiensi anggaran pemerintah dan kerusuhan akhir bulan, dia menjelaskan bahwa tingkat hunian segera pulih berkat keberhasilan rangkaian event berikutnya, seperti Asia Afrika Festival dan Bandung Great Sale.
“Sekarang hotel – hotel sudah penuh lagi. Setiap akhir pekan rata – rata okupansi di atas 80%. Ini bukti event jadi penggerak utama pariwisata,” jelasnya.
Farhan mengakui, penyelenggaraan event bukan hanya untuk hiburan, tapi juga strategi ekonomi kota. Aktivitas MICE dan event besar terbukti menggerakkan transaksi lintas sektor, mulai dari perhotelan, transportasi hingga UMKM.
Dari hasil analisis transaksi per pengunjung, nilai transaksi saat Pasar Seni dan Asia Afrika Festival mencapai Rp4.000 per orang, sedangkan pada Pocari Run menembus Rp25.000 per orang.
“Volume besar dengan transaksi kecil itu bagus, begitu juga sebaliknya, yang penting ekonominya berputar dan masyarakat ikut merasakan dampaknya,” tutur Farhan.
Dia menambahkan, Pemkot Bandung tengah memperkuat kolaborasi dengan komunitas kreatif, hotel dan pelaku industri pariwisata agar kalender event kota semakin teratur dan berdampak besar.
“Bandung sudah jadi magnet event premium. Sekarang tinggal menjaga konsistensi dan kualitasnya,” ujarnya.
Farhan optimistis terhadap prospek pariwisata Bandung ke depan dan meyakini bahwa strategi berbasis event dan data akan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi kota.
“Kita akan terus jadikan event sebagai penggerak utama ekonomi. Kalau pariwisatanya hidup, maka ekonomi masyarakat juga ikut hidup,” tuturnya. BIG










