Perhelatan Kenari Fashion Street (KFS) yang sukses diadakan di Jalan Pejanggik Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berhasil mendorong antusiasme masyarakat pada produk lokal, terutama tenun kriya.
Untuk itu, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Nusa Tenggara Barat rencananya mengusulkan KSF menjadi event rutin tahunan.
“Ini pertama kali diadakan. Melihat antusiasme masyarakat, kami Dekranasda akan mengusulkan event ini sebagai event rutin tahunan,” ujar Lale Prayatni, Ketua Dekranasda NTB di Mataram.
Penjabat (Pj) Gubernur HL Gita Ariadi saat membuka KFS juga telah merencanakan kegiatan ini sebagai event rutin provinsi ini.
Kendati demikian, dirinya mengakui banyak evaluasi dari penyelenggaraan pertama ini karena persiapan yang singkat. Utamanya, jelas Bunda Lale, geliat tenun kriya di NTB beberapa tahun terakhir meningkat.
Dekranasda masih terus mengenalkan motif-motif tenun autentik NTB dengan Motif Troso yang lebih mudah dan murah dan umum diproduksi pengrajin.
“Oleh karena itu, kita juga mendorong para desainer busana agar merancang busana dengan motif autentik NTB, tetapi tidak harus menggunakan selembar kain yang mahal, cukup kombinasi dengan bahan lain,” jelasnya.
Bunda Lale yang juga istri Pj Gubernur NTB itu meyakini ajang fashion street yang memamerkan busana motif autentik Sasambo di catwalk sepanjang 3 km itu sebagai promosi dan edukasi pada masyarakat tentang kekayaan motif tenun NTB.
Secara umum, para peserta KFS yang terdiri dari OPD, organisasi maupun masyarakat belum seluruhnya menggunakan motif tenun autentik Sasambo, sehingga meskipun harga tenun yang dibeli mahal.
Dia menuturkan, perlu apresiasi para pengrajin yang membuatnya dengan proses lama dan penuh artistik dan berharap rencana menjadikan KFS sebagai event rutin tahunan dapat lebih menggeliatkan industri tenun lokal dan mengangkat perekonomian NTB, sehingga tenun Sasambo kian berkelas dengan mutu terbaik. BIG
