Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kondisi perekonomian Jawa Barat (Jabar) pada Januari 2025 relatif stabil, seperti dalam Berita Resmi Statistik yang dirilis BPS Jabar, baru – baru ini.
Sekretaris Daerah Jabar Herman Suryatman yang hadir dalam penyampaian rilis tersebut menuturkan, walaupun secara umum perekonomian Jabar sebulan terakhir ini relatif stabil, tetapi ada beberapa sektor yang trennya menurun dan harus diwaspadai.
“Baru saja kami mengikuti rilis statistik untuk bulan Januari 2025. Secara umum ekonomi Jabar di bulan terakhir relatif stabil, tapi harus diantisipasi karena ada beberapa tren kurang baik,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, BPS Jabar merilis perkembangan pada lima sektor perekonomian antara lain, perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHG), nilai tukar petani, ekspor dan impor, pariwisata, serta transportasi.
Terkait Indeks Harga Konsumen, Herman mengungkapkan, pada Januari 2025 inflasi Jabar turun menjadi -0,68%. Hal ini tidak begitu baik, karena inflasi seharusnya stabil atau tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
“Inflasi kita turun menjadi -0,68%, kontribusinya dari sektor perumahan, air, dan listrik. Namun, kita ketahui bahwa inflasi harus stabil jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah,” ujarnya.
Sementara itu, untuk nilai tukar petani, nilainya di Januari 2025 meningkat menjadi 114,17 dari bulan sebelumnya 111,71. Artinya, posisi tawar petani relatif lebih baik.
“Kalau ini menggembirakan, yaitu di Januari ini nilai tukar petani nilainya meningkat 114,17 dari bulan sebelumnya 111,71. Ini harus kita tingkatkan terus agar petani kita berdaya sehingga kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB naik tajam,” ungkap Herman.
Kondisi perekonomian Jabar pada sektor pariwisata, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada Januari 2025 mengalami penurunan menjadi 337 kunjungan, padahal bulan sebelumnya mencapai angka 735 kunjungan.
“Namun, untuk wisatawan domestiknya mengalami peningkatan dari 13,6 juta menjadi 17,3 juta kunjungan,” ungkapnya.
Peningkatan juga terjadi pada sektor transportasi penumpang, terutama angkutan udara domestik dan kereta api.
Menurut Herman, hal itu dipengaruhi oleh adanya kereta cepat Whoosh rute Jakarta – Bandung pergi pulang (pp).
“Ini juga dampak dari Whoosh. Namun, untuk transportasi barang perlu diwaspadai karena mengalami penurunan terutama untuk angkutan laut,” jelasnya.
Jadi, Herman menambahkan, kesimpulannya ekonomi Jabar bulan terakhir ini relatif stabil, tapi banyak yang harus diwaspadai.
Sementara itu, Kepala BPS Jabar Darwis Sitorus menambahkan, neraca perdagangan di Jabar mengalami surplus sebesar US$1,98 miliar pada Desember 2024.
Nilai ekspor mencapai US$3,15 miliar, sedangkan nilai impor mencapai US$1,17 miliar.
“Surplus neraca perdagangan pada Desember 2024 lebih rendah jika dibandingkan dengan neraca perdagangan pada November 2024, tetapi jika dibandingkan dengan Desember 2023, nilai surplusnya masih lebih tinggi,” tuturnya.
Darwis menyebutkan, ekspor di Desember 2024 mencapai US$3,15 miliar, turun 1,96% dari US$3,21 miliar pada November 2024. Penurunan diakibatkan oleh turunnya kelompok nonmigas sebesar 2,41%.
Secara year on year, nilai ekspor mengalami peningkatan 9,56% dibandingkan dengan Desember 2023 sebesar US$2,87 miliar, diakibatkan oleh kenaikan kelompok nonmigas sebesar 10,40%. BIG