Finansial

Kota Jakarta Sumbang 50% Pengguna QRIS Nasional

×

Kota Jakarta Sumbang 50% Pengguna QRIS Nasional

Sebarkan artikel ini
Pemasaran produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Bir Pletok dengan sistem digital. (dok. kemenparekraf.go.id).

Wakil Gubernur (Wagub) Jakarta Rano Karno membuka Pekan QRIS Nasional (PQN) Jakarta 2025 di Taman Literasi Martha Tiahahu, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, baru – baru ini.

Acara yang diinisiasi oleh Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta ini bertujuan meningkatkan literasi masyarakat terkait transaksi berbasis digital.

“Acara ini sebetulnya dibuat sebagai pengenalan kepada masyarakat tentang fungsi QRIS. Saya tadi agak terkejut mendengar paparan dari BI bahwa Jakarta menyumbang 50% secara nasional untuk pengguna QRIS,” jelas Wagub Rano.

Capaian tersebut, lanjutnya, sejalan dengan upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Khusus Jakarta yang terus mendorong transformasi ekonomi digital, salah satunya melalui Lomba Digitalisasi Pasar 2025 yang dimulai sejak Juli lalu.

“Makanya kemarin Pak Gubernur membuka Lomba Digitalisasi Pasar. Itu sebenarnya edukasi kepada masyarakat agar beralih menggunakan kartu digital, bukan lagi dengan uang tunai. Semua berbasis kartu, dan itu bagian dari pendidikan,” jelasnya.

Selain itu, Wagub Rano menegaskan, Pemprov Jakarta terus menyosialisasikan penggunaan QRIS melalui berbagai acara besar yang digelar di ibu kota.

“Tahun lalu, kita menghasilkan Rp12 triliun dalam Jakarta International Investment, Trade, Tourism, and SME Expo (JITEX). Tahun ini, targetnya Rp14 triliun. Saya rasa masuk akal, karena pada Jakarta Fair lalu dari target Rp7 triliun, ternyata bisa mencapai Rp9 triliun. Kemudian Jakarta Great Sale juga fantastis, dari Rp14 triliun menjadi Rp21 triliun,” tuturnya.

Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Yosamartha menyebutkan bahwa Jakarta sebagai wajah pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Pertumbuhan ekonomi Triwulan II di Jakarta masih tetap kuat, angkanya 5,18%, bahkan di atas nasional yang 5,12%. Angka ini juga meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang 4,95%. Kalau bicara kontribusi, inflasi Jakarta hampir seperlima dari nasional. Jadi kalau kita lemah lesu, Indonesia pun ikut batuk – batuk,” ungkapnya.

Yosamartha menambahkan, Jakarta merupakan barometer produk ekonomi Indonesia, bahkan evolusi digitalisasi lahir di Jakarta.

“Kalau bicara digitalisasi ternyata indeks digital competitiveness-nya Jakarta paling tinggi di nasional. Jadi klop antara digitalisasinya, klop antara konsumennya, klop antara potensinya. Jakarta itu game changer, hampir semua inisiatif-inisiatif digitalisasi itu lahirnya di Jakarta,” ujarnya. BIG

 

 

 

Facebook Comments Box