advertisements
advertisements
JAKARTA MagzRegional

Masyarakat Jakarta Dipersiapkan Hadapi Risiko Gempa Megathrust

×

Masyarakat Jakarta Dipersiapkan Hadapi Risiko Gempa Megathrust

Sebarkan artikel ini
Kawasan bisnis strategis Mega Kuningan di Jakarta Selatan. (dok. istimewa)

Masyarakat di Jakarta mulai dipersiapkan untuk menghadapi risiko gempa bumi megathrust segmen Selat Sunda melalui serangkaian pelatihan simulasi bencana oleh pemerintah provinsi setempat.

“Dalam waktu dekat kami akan melakukan simulasi secara serentak, untuk mengurangi risiko bencana megathrust yang kembali menjadi perhatian,” ujar Ketua Subkelompok Kedaruratan dan Penanganan Pengungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta Wardaya.

Dia menjelaskan, pihaknya sudah menyiapkan berbagai skenario simulasi supaya bisa menjangkau semua kalangan masyarakat Jakarta.

“Mulai dari skenario cara masyarakat menghadapi bencana gempa di rumah sakit, pemukiman padat penduduk, pasar, sekolah, bahkan gedung perkantoran,” ungkapnya.

Bukan hanya gempa bumi, dia menambahkan, simulasi serentak itu juga akan mengajarkan teknik-teknik penyelamatan diri saat menghadapi bencana kebakaran dan banjir.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta bekerja sama dengan berbagai pihak yang memiliki keahlian darurat bencana seperti petugas pemadam kebakaran, Basarnas, ataupun Tim Ahli K3 perusahaan untuk pelaksanaan simulasi bencana tersebut kepada masyarakat. “Nanti ada sebentuk surat edaran dari gubernur untuk simulasi serentak ini.”

Wardaya menuturkan bahwa simulasi bencana ini bukan yang pertama di Jakarta, tetapi adalah agenda rutin dari pemerintah daerah dan sudah diatur dalam peraturan gubernur.

Bahkan, dalam hal ini BPBD Jakarta yang berkantor di kawasan Petojo Utara, Gambir sudah menyiapkan fasilitas ruang literasi lengkap dengan peralatan terkait kebencanaan dan bisa dimanfaatkan masyarakat secara gratis setiap harinya.

BPBD Jakarta juga ingin menguji standar operasional darurat bencana yang ada, masih baik diimplementasikan di lapangan atau tidak dan supaya masyarakat tenang menghadapi potensi bencana, karena benar-benar memahami prosedur penyelamatan.

“Masyarakat kita ini cepat puas, sampai ada yang menilai untuk apa latihan terus-terusan. Tapi ketika kejadian lupa. Misalnya korban kebakaran larinya ke air, tapi semestinya merangkak supaya asap tidak terhirup. Simulasi seperti ini siap untuk terus digencarkan,” jelasnya. BIG

 

Facebook Comments Box