Penurunan angka stunting terus dilakukan Pemerintah Kota (Pemko) Padang.
Meski belum masuk tiga besar kota/kabupaten yang berhasil menurunkan angka stunting, tetapi Kota Padang terus memperkuat strategi penurunan.
“Program stunting adalah program pencapaian bersama, dari nasional, provinsi, hingga kabupaten dan kota. Di Kota Padang, kami memang berkonsentrasi untuk penurunan stunting, dan sudah melakukan berbagai tahapan untuk mencapainya,” ujar Kepala Bappeda Kota Padang Yenni Yuliza saat Rapat Koordinasi Regional Program Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2025 di Pangeran Beach Hotel, Padang.
Kepala Bappeda menjelaskan bahwa penanganan stunting tidak hanya menjadi tanggung jawab satu dinas. Akan tetapi juga melibatkan sejumlah perangkat daerah.
Kolaborasi antarperangkat daerah dilakukan agar upaya penanganan bisa menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
“Kita tidak hanya fokus pada bayi saja, tetapi juga melakukan pencegahan sejak dini mulai dari remaja. Edukasi diberikan kepada pelajar melalui Dinas Pendidikan dan Pembinaan, serta pembekalan kepada calon pengantin oleh DP3AP2KB,” jelasnya.
Mengenai bayi dan balita, dia menambahkan, intervensi dilakukan oleh Dinas Kesehatan melalui puskesmas dan masyarakat sekitar.
Yenni menegaskan bahwa penurunan angka stunting di Kota Padang juga berkaitan erat dengan upaya penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pemko Padang akan terus berupaya memperkuat strategi dan belajar dari daerah lain, seperti Kabupaten Pasaman, Kota Payakumbuh dan Kota Solok yang telah berhasil menekan angka stunting lebih signifikan.
“Kita akan coba mengidentifikasi sasaran bayi yang berisiko, melakukan intervensi yang lebih spesifik, serta memperkuat kolaborasi antar sektor untuk mencapai target nasional,” ungkapnya.
Sementara itu, Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi Ansharullah menyampaikan bahwa program percepatan penurunan stunting telah dilaksanakan sejak tahun 2018 hingga saat ini.
Secara umum, angka stunting di Sumatra Barat memang menunjukkan tren penurunan, meskipun penurunan tersebut belum begitu signifikan.
Bahkan, pada tahun 2024, angkanya justru mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2023.
“Kondisi ini perlu menjadi perhatian kita semua karena dampak dari stunting bersifat jangka panjang dan dapat mengancam terwujudnya Indonesia Emas,” kata Mahyeldi.
Saat ini, angka stunting di Sumatra Barat sudah lebih dari 24% dan ini menjadi tantangan sekaligus ancaman bagi kualitas sumber daya manusia daerah setempat.
Dia menegaskan, Indonesia Emas tidak akan dapat diwujudkan apabila kualitas SDM yang dihasilkan tidak memadai.
Oleh sebab itu, Sumatra Barat harus mengambil langkah-langkah strategis dalam penanganan stunting melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif yang dilakukan secara konvergen, integratif dan berkualitas dengan kerja sama multisektor.
“Stunting ini disebabkan oleh banyak faktor, sehingga kita harus menggerakkan seluruh sektor yang ada dan meningkatkan perhatian, serta kepedulian bersama,” jelas Gubernur. BIG