JABAR MagzRegional

Pemprov Akan Kembangkan Sekolah Kebangsaan Jawa Barat Istimewa

×

Pemprov Akan Kembangkan Sekolah Kebangsaan Jawa Barat Istimewa

Sebarkan artikel ini
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat bersama pelajar Jawa Barat. (dok. jabarprov.go.id)

Hari Kebangkitan Nasional Ke-117 tahun 2025 menjadi momen istimewa bagi 273 pelajar Jawa Barat yang telah menyelesaikan pendidikan karakter Gapura Panca Waluya di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi.

Bahkan sebagian siswa bela negara pun bertindak sebagai petugas upacara peringatan mulai dari menjadi pasukan pengibar bendera, hingga melaksanakan defile bersama 11 pasukan elit TNI/Polri di akhir prosesi upacara.

Suasana haru pun menyeruak ketika sejumlah siswa bela negara bertemu orangtua dan keluarga setelah kurang lebih 18 hari digembleng di barak militer.

Bagi siswa yang orang tuanya tidak datang menjemput, terutama yang berstatus yatim, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi merangkul mereka sebagai anak angkat.

Mereka akan disekolahkan hingga dipersiapkan menjadi TNI/ Polri atau berkuliah sesuai minat.

“Ini urusannya soal rasa, hati dan cinta. Siapa sih orangtua tidak terharu bertemu anaknya yang sudah berubah,” kata Dedi usai rangkaian acara di Gedung Sate, Kota Bandung.

KDM, sapaan akrab Dedi Mulyadi menyebut bahwa program yang diinisiasi olehnya merupakan salah satu upaya membangun hubungan emosional antara unsur pemerintah dengan warganya.

Program ini rencananya akan dikembangkan menjadi Sekolah Kebangsaan Jawa Barat Istimewa, yang tetap akan berpusat di Dodik Bela Negara.

Namun, sekolah ini akan lebih terbuka untuk bekerja sama dengan pihak lainnya.

Untuk siswa atau peserta didik pun tidak hanya pelajar bermasalah, tetapi siswa lainnya untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap bangsa dan negara.

“Jadi membangun hubungan negara dengan rakyat itu dengan rasa, bukan urusan administrasi kewilayahan. Banyak orang meragukan, akhirnya waktu yang menjawab,” jelasnya.

Dia juga menghaturkan rasa terima kasih kepada para peserta pendidikan karakter yang telah memperlihatkan diri sebagai manusia yang bertanggung jawab, mempunyai harapan dan masa depan.

KDM meyakinkan pula, jika para siswa mau bersungguh-sungguh berubah dan tak putus semangat belajar, maka apapun cita – citanya akan lebih mungkin untuk dicapai.

“Saya yakin besok kalian semua ada yang jadi tentara, polisi, dokter, pilot, ASN atau pengusaha. Jadi petani, damkar atau apapun yang penting kalian menjadi orang – orang yang bermanfaat bagi diri dan lingkungan,” tutur Gubernur Dedi.

Sementara itu Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengapresiasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) atas pendidikan karakter Panca Waluya yang telah meluluskan angkatan pertama.

“Ini adalah salah satu langkah yang sangat gemilang. Bagaimana menyalurkan potensi setiap anak yang pada dasarnya kreatif, energik, penuh dinamika, tapi karena lingkungan tidak kondusif baik di lingkungan rumah, sekolah maupun pergaulan akhirnya menyimpang dan diarahkan dengan tegas secara positif,” katanya.

Seto juga tetap mendorong adanya evaluasi berkala, terbuka akan kritik yang membangun hingga melibatkan psikolog guna memastikan anak-anak pada kondisi psikologis yang baik.

Dia mendorong para pihak lainnya tak gengsi untuk meniru program pendidikan karakter dari Jabar ini, termasuk jika program ini diadopsi menjadi suatu gerakan nasional.

“Jadi dalam hal ini kami apresiasi dan tetap harus dievaluasi sampai akhir, beberapa akan kami ikuti, juga ada tim psikolog, sehingga kalau nanti hasilnya positif jangan ragu – ragu dan gengsi untuk dijadikan gerakan nasional,” tutur Seto.

Namun, lanjutnya, kritik yang membangun tentu sangat diperlukan, sehingga dia mengajak semua unsur untuk dapat bersatu memberikan lingkungan kondusif bagi tumbuh kembang anak – anak yang hebat.

“Pendidikan formal dan informal dalam keluarga juga perlu dilengkapi dengan pendidikan non formal. Itu bisa saja di Dodik Bela Negara, perpustakaan, sarana gelanggang olahraga mauun sanggar-sanggar seni. Jawa Barat bisa menjadi contoh dan alternatif,” kata Seto.

Dia mengaku terharu hingga meneteskan air mata kala melihat para siswa barak militer lulus dan bertemu langsung orang tua maupun anggota keluarganya.

“Anak – anak pada dasarnya membutuhkan uluran cinta dari tokoh – tokoh, seperti orang tua, guru, pemimpin, pejabat, sehingga mereka menjadi bunga yang sangat mekar,” ujarnya. BIG

Facebook Comments Box