JOGJA MagzRegional

Pemprov DIY Gandeng RS DKT Dr. Soetarto Memasifkan Pengelolaan Sampah Biopori

×

Pemprov DIY Gandeng RS DKT Dr. Soetarto Memasifkan Pengelolaan Sampah Biopori

Sebarkan artikel ini
Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (Wagub DIY) KGPAA Paku Alam X saat menerima Direktur RS DKT dr. Soetarto, Letkol Ckm Abdul Gani di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta pada Kamis (10/8/2023). (dok. jogjaprov.go.id)

Sampah menjadi salah satu hal yang harus melibatkan banyak pihak tanpa terkecuali pada penanganannya.

Oleh karena itu, Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (Wagub DIY) KGPAA Paku Alam X meminta manajemen Rumah Sakit DKT Dr. Soetarto untuk mengambil bagian pada edukasi pengelolaan sampah.

Hal ini disampaikan Sri Paduka pada saat menerima Direktur RS DKT Dr. Soetarto Letkol Ckm Abdul Gani di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta pada Kamis (10/8/2023).

Kunjungan ini adalah kunjungan pertama Abdul Gani usai menggantikan Letnan Kolonel Ckm Zamroni memimpin RS DKT Dr. Soetarto, Yogyakarta.

Sri Paduka mengungkapkan, selain sampah medis dan plastik non daur ulang, sampah organik bisa ditangani secara mandiri melalui biopori.

Metode ini bisa diterapkan pula di RS DKT Dr. Soetarto guna menangani sampah residu makanan.

Biopori jumbo bisa dibangun di RS DKT Dr Soetarto, karena masih memiliki lahan yang cukup mendukung. Setidaknya, residu seperti daun dan potongan rumput bisa dikelola menjadi kompos melalui biopori ini.

Pembuatan biopori bisa diposisikan di salah satu sudut tersembunyi di halaman rumah sakit, dengan biaya operasional yang sangat murah.

Selain itu, sebelumnya, sampah tidak perlu dicacah dan cukup dikasih formula Effective Microorganism (EM) 4. Teknologi ini jauh lebih efektif daripada metode produksi kompos sebelumnya.

Sri Paduka menambahkan, proses ini tidak memerlukan waktu terlalu lama, hanya satu hingga dua minggu.

“Biopori bisa menghasilkan kompos, dan tidak perlu dicacah, seperti metode yang dilakukan orang sebelumnya. Ini tidak perlu dicacah, nanti kasih formula EM4 itu nanti mengurai sendiri dan tidak bau. Hasilnya jadi tidak seperti pupuk kandang yang sudah kering,” jelasnya.

Sri Paduka berharap, jika RS DKT Dr. Soetarto bisa menerapkan hal demikian, diharapkan menjadi salah satu yang mengedukasi masyarakat.

Oleh karena itu, RS DKT Dr. Soetarto diharapkan sebagai awalan, bisa menggerakan keluarga besarnya untuk bisa mengaplikasikan biopori ini.

“Di depan RS DKT Dr. Soetarto itu kan ada asrama. Di situ bisa dimulai mengelola sampah dengan mandiri, jangan dibakar juga. Jadi, kami mohon bantuan juga untuk ikut juga mengedukasi warga masyarakat,” ungkapnya.

RS bisa menjadi role model pengelolaan sampah, jadi nanti ketika ada masyarakat, kita sudah mempunyai contoh konkritnya.

Sri Paduka menambahkan, nantinya ada bonus dari pengelolaan sampah metode biopori ini berupa pupuk kompos.

Hal ini tentu bernilai ekonomis, mengingat saat ini harga pupuk kimia pun cukup mahal, sehingga dengan adanya pupuk kompos dari hasil pengelolaan sampah biopori ini akan mendukung kebutuhan pupuk.

Letkol Ckm Abdul Gani menyatakan, siap membantu mengedukasi masyarakat dalam mengelola sampah dengan bijak, karena memang, permasalahan sampah dapat berdampak ke banyak aspek dan lembaga.

Namun, untuk sampah medis, bisa dipastikan pihaknya telah melakukan pengelolaan sampah dengan layak.

“Sampah medis kita banyak yang melalui Insinerasi, teknologi pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran bahan organik. Hasil kerja insinerasi adalah abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas, nanti residu hilang secara instan,” ungkapnya.

RS DKT Dr. Soetarto Yogyakarta menurut Abdul Gani memiliki komitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima, terjangkau dan terpercaya dengan tetap mengedepankan prinsip keselamatan pasien.

Selain itu, komitmen lainnya adalah menyelenggarakan kemitraan lintas sektor secara profesional dalam mencapai kesehatan promotif dan preventif yang optimal dan meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan yang berdaya saing dalam pelayanan.

Ada juga komitmen pendidikan dan penelitian, menyelenggarakan tata lelola rumah sakit yang akuntabel, terintegrasi dan efektif.

Maka, pengelolaan sampah ramah lingkungan adalah salah satu cara, yang menurut Abdul Gani, bisa dilakukan sekaligus sebagai edukasi. BIG

Facebook Comments Box