Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemprov DIY) sepakat untuk berkolaborasi melakukan penanganan dan perlindungan habitat Monyet Ekor Panjang yang ada di Kabupaten Gunungkidul.
Upaya perlindungan ini dilakukan tidak hanya untuk melindungi habitat dan eksistensi satwa yang terancam punah tersebut, tapi juga untuk melindungi kebun dan lahan pertanian milik warga yang menjadi sumber ketahanan pangan, dari serangan monyet ekor panjang.
Ketua Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta Eko Teguh Paripurno menyampaikan hal demikian saat ditemui usai beraudiensi dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Bertempat di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Sri Sultan didampingi oleh Kepala Biro PIWPP Setda DIY Yudi Ismono menerima audiensi Eko yang hadir bersama Lurah Pundungsari, Semin, Gunungkidul, Tumin dan Direktur Walhi Yogyakarta, Gandar Mahojwala.
“Kami mengajak Pak Gubernur untuk bersama-sama menangani monyet ekor panjang. Untuk membuat, membangun mekanisme perlindungan yang selaras,” ujarnya.
Jadi, lanjutnya, semacam kawasan konservasi bersama, mengelola ekologi, melakukan perlindungan monyet tersebut yang sudah akan punah dan juga perlindungan aset warga untuk ketahanan pangan. Ngarsa Dalem sepakat dengan perlindungan itu. “Ini juga bentuk lain Hamemayu Hayuning Bawana.”
Sebagai informasi, terhitung sejak lima tahun terakhir keberadaan monyet ekor panjang sudah cukup meresahkan masyarakat di Kalurahan Pundungsari, Kapanewon Semin, Kabupaten Gunungkidul. Monyet ekor panjang tersebut mendatangi pemukiman penduduk di Dusun Sedono, Dusun Kutugan, Dusun Jelok, Dusun Tepus, Dusun Bonpon dan Dusun Pijenan untuk mencari makanan dan merusak kebun serta pertanian masyarakat.
Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta memperkirakan hal tersebut sangat mungkin disebabkan oleh keberadaan pohon buah-buahan di hutan jumlahnya semakin berkurang. Kondisi tersebut semakin darurat melihat konflik satwa dengan masyarakat tidak hanya di Kapanewon Semin, tetapi juga di kapanewon lainnya, sehingga muncul tindakan masyarakat terdampak yang mengusir monyet ekor panjang dengan cara membakar lahan dan mengakibatkan kebakaran lahan semakin meluas.
Dikatakan Eko, terdapat beberapa hal yang telah dipaparkan dan mendapatkan dukungan dari Sri Sultan dalam audiensi tersebut terkait program Perlindungan Habitat Monyet Ekor Panjang Berbasis Komunitas untuk Pengurangan Risiko Bencana akibat Konflik Satwa hasil inisiasi pihaknya bersama Pemerintah Kalurahan Pundungsari dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Yogyakarta yang akan dilaksanakan ini.
Pertama yakni terkait pemetaan lokasi persebaran dan jumlah monyet ekor panjang di Kab. Gunungkidul. Kedua, pemetaan kawasan-kawasan yang bisa dijadikan lahan perlindungan habitat dan lahan untuk sumber daya makan monyetnya, ketersediaan pakannya, termasuk lahan Sultan Ground.
Ketiga mendukung pembuatan program-program membangun kesetaraan dalam kerja sama multi helix ini.
Menanggapi hal tersebut, Eko mengungkapkan, Sri Sultan pun berpesan agar dilakukan penanaman tanaman-tanaman buah pada Sultan Ground yang akan menjadi bagian kawasan perlindungan habitat satwa monyet ekor panjang ini nantinya. Dengan demikian dapat menjadi sumber pakan alami bagi satwa tersebut.
“Ngarsa Dalem juga menyampaikan, dipilih tempat yang kalau dilakukan penanaman itu tidak merusak geopark. Jadi dipilih karst yang pas untuk memungkinkan dikembangkan. Ada sistem zonasi yang dibuat,” ungkap Eko.
Pemprov DIY melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait pun diharapkan Eko dapat mendukung pelaksanaan program tersebut.
“OPD yang sesuai tusinya itu diharapkan dapat mendukung. Dan ini suatu proses yang disepakati. Bahkan, tadi Ngarsa Dalem mengatakan silakan di desain nanti dipresentasikan saja rencana kerjanya seperti apa. Nanti Pak Yudi selaku Kepala Biro PIWPP Setda DIY yang mengkoordinator itu, untuk memilahkan siapa berperan apa,” tuturnya.
Direktur Walhi Yogyakarta Gandar Mahojwala menegaskan, dengan keikutsertaan Pemprov DIY dalam perlindungan habitat monyet ekor panjang ini, DIY bisa menjadi pelopor bagi perlindungan awal eksistensi monyet ekor panjang yang bersatus mendekati kepunahan ini.
“Percontohan ini juga kita akan sebarkan ke banyak titik-titik lain di Yogyakarta bahkan Indonesia untuk perlindungan monyet ekor panjang,” ucap Gandar. BIG