Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ahmad Luthfi meluncurkan program Speling Melesat dan TB Express guna mengakselerasi penurunan kasus tuberkulosis (TB/TBC).
Program Speling Melesat merupakan akronim dari Dokter Spesialis Keliling Mendekatkan Layanan Kesehatan kepada Masyarakat, sedangkan program prioritas Provinsi Jawa Tengah tersebut, untuk memberikan layanan kesehatan paripurna kepada masyarakat dengan basis desa.
Dalam praktiknya juga diintegrasikan dengan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) dari pemerintah pusat.
“Hari ini kita melakukan kegiatan launching Speling Melesat dan TB Express yang tidak hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi, tetapi juga oleh pemerintah kabupaten/kota, rumah sakit provinsi, kabupaten/kota, dan swasta,” kata Luthfi saat peluncuran, sekaligus peringatan Hari Kesehatan Nasional, di Grand Mercure Hotel, Solobaru, Kabupaten Sukoharjo.
Dia menambahkan, layanan program Speling Melesat ini di antaranya pemeriksaan ibu hamil dan kanker serviks oleh dokter spesialis obsgyn, tuberkulosis oleh dokter spesialis penyakit dalam/paru, kesehatan jiwa oleh dokter spesialis kesehatan jiwa, dan stunting oleh dokter spesialis anak.
“Dokter spesialis kita turunkan ke desa – desa, lalu melakukan pengecekan kesehatan secara gratis dan paripurna,” jelas gubernur.
Pasalnya, katanya, salah satu indikator kemiskinan adalah layanan dasar kesehatan, karena jika masyarakat sehat, maka produktivitasnya pun akan meningkat.
Sebagai informasi, berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah per 30 September 2025, sebanyak 8.791.904 jiwa telah terlayani CKG. Jumlah tersebut terbanyak se- Indonesia.
Adapun untuk program Speling Melesat, sudah terlaksana di 560 desa se-Jawa Tengah, dengan total 62.169 jiwa terlayani.
Dalam program Speling Melesat, juga terdapat TB Express. Kegiatan tersebut merupakan terobosan untuk penemuan kasus tuberkulosis menggunakan alat X-Ray Portable Rapid Early Screening System.
Program tersebut untuk mengakselerasi penurunan tuberkulosis sampai 50%.
“TBC di wilayah kita juga menjadi prioritas. Begitu kita dapatkan melalui X-Ray portable itu, kemudian diobati, diawasi secara berkala dan dievaluasi sampai tuntas,” jelas Gubernur Luthfi.
Dia menjelaskan, berdasarkan Buku Saku Dinkes Jawa Tengah Triwulan II/2025, data tuberkulosis di provinsi ini estimasinya mencapai 107.488 kasus.
Jumlah penemuan kasus tuberkulosis per 30 September 2025 sebanyak 63.398 kasus atau 58,98%.
Sementara itu, berdasarkan hasil program Speling Melesat, tercatat ada 9.140 orang teridentifikasi gejala tuberkulosis.
Dari jumlah itu, 1.847 orang telah melakukan rontgen thorax (dada), dengan 626 orang hasilnya sugestif.
Pasien yang ditindaklanjuti dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) sebanyak 525 orang.
Sekjen Kementerian Kesehatan Kunta Wibawa Dasa Nugraha mengatakan, kasus tuberkulosis di Indonesia masih tinggi, maka harus konsentrasi untuk menurunkan angka tersebut sesuai target, nol kasus tuberkulosis pada tahun 2030.
“CKG dan Speling Melesat ini salah satunya mengecek apakah ada TB atau tidak. Kalau hasilnya positif kan sudah diketahui by name by address, kemudian kita lihat tindaklanjutnya, termasuk cek orang di sekitar, karena kita harus cegah penyebarannya,” ujarnya. BIG