Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa mengapresiasi inisiatif warga Desa Adat Padangtegal, Kabupaten Gianyar, Bali, yang konsisten melakukan pengolahan sampah yang ada di lingkungannya menjadi pupuk kompos.
“Kesadaran masyarakat Desa Padangtegal dalam mengolah sampah menjadi kompos ini merupakan upaya nyata mewujudkan pariwisata berkelanjutan,” katanya saat mengunjungi Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal yang berada di dalam Kawasan Monkey Forest, Ubud, Bali.
Dia menilai, pengolahan sampah yang dilakukan di Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal ini tidak hanya bisa menjaga keberlanjutan lingkungan kawasan, namun juga bermanfaat bagi sektor pertanian masyarakat.
“Desa juga mensubsidi masyarakatnya terkait dengan pembiayaan pengelolaan sampah, kecuali kuota sampah melebihi batas yang sudah ditentukan,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, perwakilan pengelola Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal Ni Wayan Anggie Giovanda menjelaskan, Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal telah berdiri sejak bulan Februari tahun 2012.
Sampah yang diolah di Rumah Kompos ini berasal dari berbagai sumber, salah satunya dari kawasan Monkey Forest.
“Pengelolaan sampahnya bermula dari sumber (sampah). Jadi dari sumber mereka sudah harus memilah sampah, sampai di sini kita kelola dan kita olah dengan bertanggung jawab,” jelasnya.
Selain mengunjungi Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal, Wamenpar Ni Luh Puspa juga mengunjungi kawasan Monkey Forest dan melihat – lihat suasana di tempat tersebut.
Usai mengunjungi Kawasan Monkey Forest, dia melanjutkan kunjungan ke Desa Wisata Taro. Wamenpar didampingi Asisten Deputi Pemberdayaan Masyarakat Destinasi Pariwisata Florida Pardosi dan Direktur Poltekpar Bali Ida Bagus Putu Puja melihat langsung beberapa potensi wisata yang ada.
Potensi – potensi tersebut di antaranya sentra kerajinan perak dan keris, konservasi bambu petung dan terasering Semara Ratih, serta pengelolaan konservasi Lembu Putih.
Lembu putih yang berjumlah 56 ekor ini merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat setempat. BIG