Pendidikan

Perpustakaan Desa Didorong Lebih Inovatif Manfaatkan Bahan Bacaan Bermutu

×

Perpustakaan Desa Didorong Lebih Inovatif Manfaatkan Bahan Bacaan Bermutu

Sebarkan artikel ini
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan Bantuan Bahan Bacaan Bermutu bertempat di Kabupaten Wonogiri. (dok. jatengprov.jgo.id)

Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Wonogiri mendorong mendorong seluruh perpustakaan desa, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan rumah ibadah penerima bantuan bahan bacaan bermutu agar lebih tertib dalam penataan koleksi, lebih aktif dalam pelaporan, serta lebih inovatif dalam memanfaatkan bahan bacaan bermutu.

Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Mawan Tri Hananto mengatakan, tantangan peningkatan literasi di Wonogiri tidaklah mudah pada era digitalisasi.

Masyarakat, lanjutnya, lebih banyak teralihkan dengan kehadiran gadget, smartphone dan media sosial yang lebih menarik.

“Maka tentu hadirnya bantuan Bahan Bacaan Bermutu dari Perpustakaan Nasional di 42 perpustakaan desa/kelurahan, TBM dan Rumah Ibadah di Wonogiri harapannya dapat mendorong peningkatan literasi tersebut dengan bantuan dari teman-teman pengelola perpustakaan dan TBM,” ujarnya saat Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan Bantuan Bahan Bacaan Bermutu di Wonogiri.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Relawan Literasi Masyarakat (Relima) Miswanto dan diikuti oleh 42 pengelola perpustakaan desa/kelurahan, Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan perpustakaan rumah ibadah penerima bantuan bahan bacaan bermutu tahun 2024 – 2025.

Menurut Mawan, Kabupaten Wonogiri pada tahun 2024 – 2025 memperoleh 42 kuota bantuan, terdiri dari 24 perpustakaan desa/kelurahan, 16 TBM dan 2 perpustakaan rumah ibadah.

Namun, berdasarkan pemantauan melalui Sytem Informasi Manajemen (SIM) Transformasi Perpusnas, baru empat perpustakaan yang melakukan input pelaporan kegiatan dengan capaian skor beragam antara 2,5 hingga 86,25.

Dari jumlah tersebut, 20 perpustakaan desa/kelurahan dan TBM menjadi lokus Program KKN Literasi 2025 pada Juli – Agustus 2025.

Hal ini tentunya sangat membantu dalam pendataan, penataan, dan pemanfaatan bahan bacaan.

“Meski demikian, masih ada 22 perpustakaan lainnya yang belum tergarap maksimal, sehingga perlu perhatian lebih lanjut,” ungkapnya.

Dalam paparannya, narasumber dari Relima, Miswanto menyampaikan, tugas Relima adalah mendorong, mendampingi dan memotivasi pengelola perpustakaan penerima bantuan agar bahan bacaan bermutu tidak hanya tersimpan di rak, tetapi benar-benar digunakan untuk kegiatan literasi masyarakat.

Relima juga berbagi beberapa praktik baik, lanjutnya, misalnya melalui program membaca bersama anak – anak, kegiatan bedah buku, diskusi warga, pojok baca kreatif, hingga kolaborasi dengan sekolah dan PKK.

“Praktik – praktik tersebut terbukti efektif menjadikan perpustakaan lebih hidup, koleksi lebih termanfaatkan dan masyarakat lebih dekat dengan budaya membaca,” ungkapnya. BIG

 

Facebook Comments Box