advertisements
advertisements
JABAR MagzRegional

Pj Gubernur Dorong Transformasi Angkutan Massal Terintegrasi di Jabar

×

Pj Gubernur Dorong Transformasi Angkutan Massal Terintegrasi di Jabar

Sebarkan artikel ini
Integrasi moda transportasi Kereta Cepat Whoosh, KA Feeder dan feeder bus DAMRI menuju ke Bandara Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. (dok. istimewa)

Jawa Barat (Jabar) merupakan provinsi paling padat penduduknya, hampir mencapai 50 juta jiwa.

Konsep aglomerasi harus mulai diterapkan, sehingga kemacetan dan kepadatan dari urbanisasi dan mobilitas penduduk dapat diturunkan.

Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengatakan itu dalam Seminar Rancangan Peraturan Gubernur Provinsi Jabar dalam Penyelenggaraan Angkutan Umum Massal Perkotaan dan Pedoman Pembiayaan Pengelolaan Pendapatan dari Layanan Angkutan Massal dan Kawasan Berorientasi Transit di Hotel Mason Pine, Kabupaten Bandung Barat.

“Konsepnya kawasan aglomerasi harus terintegrasi antardaerah dan angkutan. Jadi nanti bisa terintregrasi antarbus, LRT sampai kereta cepat,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Bey mendukung transformasi angkutan massal di Jabar, karena diyakini pengembangan transportasi massal yang andal dan berkelanjutan adalah kunci untuk mengatasi permasalahan.

Menurutnya, angkutan massal juga harus ada dukungan dari masyarakat untuk peralihan dari kendaraan pribadi atau angkutan umum yang biasa digunakan, sehingga dia meminta Kepala Dinas Perhubungan Jabar segera melaksanakan program ini secepat mungkin untuk kemaslahatan masyarakat.

“Ini merupakan supply demand, saya berharap supply-nya tidak mandek. Kita harus siapkan dulu baru kita bisa menarik atau menyarankan masyarakat menggunakan transportasi publik,” katanya.

Apabila sudah terintegrasi akan aman dan nyaman, misalnya nanti BRT itu bus listrik anti polusi dan irit. “Jadi betul-betul diatur masalah subsidinya, tarifnya murah. Jadi, masyarakat tidak berpikir dua kali untuk menggunakannya.”

Hal ini perlu perencanaan yang baik, termasuk kebijakan skema pola pergerakan, sistem pembiayaan, manajemen pendapatan, pengembangan kawasan berorientasi transit serta digitalisasi transportasi.

“Saya yakin kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat adalah kunci keberhasilan. Maka dari itu, seminar ini adalah langkah awal dalam proses tersebut. Kita dapat saling berbagi maupun bertukar pemikiran, pengalaman, serta wawasan,” jelas Bey.

Kepala Dinas Perhubungan Jabar A. Koswara menuturkan, ada beberapa hal yang menjadi latar belakang seminar yang diseleggarakan, di antaranya aglomerasi perkotaan dan pertumbuhan urbanisasi yang saat ini sudah mencapai 55% penduduk Indonesia tinggal di perkotaan.

“Kemudian dampak dari urbanisasi ini adalah kebutuhan mobilitas dengan keterbatasan jalan sehingga membuat kemacetan dimana-mana,” tegasnya.

Di Jabar terdapat tiga metropolitan, yakni Bandung Raya, Bodebek dan Cirebon Raya. Layanan lalu lintas di ketiga metropolitan itu sudah lintas kabupaten kota.

“Perlu sebuah regulasi yang memayungi kerja sama antar daerah di aglomerasi perkotaan atau metropolitan tersebut,” ungkap Koswara.

Saat ini, yang menjadi persoalan utama adalah bagaimana menjamin keberlanjutan dari angkutan tersebut sehingga perlu sebuah terobosan dan kebijakan, khususnya penguatan pembiayaan. BIG

Facebook Comments Box