Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyantomelanjutkan rangkaian kunjungan kerja di wilayah Jawa Timur (Jatim) dengan memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Penanganan Darurat Gempa di Kantor Bupati Gresik pada Senin (25/3/2024).
Dia dalam arahannya mengatakan, hingga kini masih sulit memprediksi terjadinya gempa, mengingat masih adanya gempa susulan terjadi di Jatim.
“Gempa adalah bencana yang tidak bisa diprediksi, negara – negara maju terkait teknologi bencana itu pun sampai tahun 2024 belum bisa mendeteksi kapan terjadinya gempa,” ujar Suharyanto.
Pascagempa melanda, sejumlah pemerintah daerah langsung mengeluarkan status darurat bencana gempa.
“Yang terdampak yang mengeluarkan status darurat Lamongan, Gresik dan Surabaya. Penetapan status darurat ini agar pemerintah pusat turun membantu (penanganan),” tuturnya.
Menurut Suharyanto, pihaknya dan pemerintah daerah akan memastikan pemenuhan kebutuhan dasar bagi para warga terdampak.
Masing-masing Kalaksa (Kepala Pelaksana BPBD), Dandim, Kapolres dan Bupatinya, segera memastikan betul kebutuhan dasar dari penyintas bencana terpenuhi.
“Jangan sampai sudah menderita kerugian harta benda, aset terkena bencana, hatinya sedih, ketika di pengungsian terbatas semuanya. Ini tidak boleh terjadi,” tegas Suharyanto.
Untuk mepercepat penanganan darurat bencana, BNPB memberikan dukungan berupa Dana Siap Pakai (DSP) dan juga dukungan logistik peralatan kepada wilayah terdampak gempa kali ini.
“Kami juga bawa bantuan tanggap darurat ada beberapa barang, sifatnya pendahuluan, sialkan digunakan, jika kurang diajukan. Kalau ada kebutuhan lebih spesifik, di cek lagi, jangan sampai masyarakat terdampak merasa kurang,” jelasnya.
Adapun rincian yang diberikan antara lain, DSP senilai Rp250 juta masing-masing untuk Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik.
Kemudian, sebesar Rp200 juta masing-masing untuk Pemkab Lamongan dan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Selanjutnya, sebesar Rp150 juta rupiah masing-masing bagi Polres Gresik dan Kodim 0817, sehingga total dana siap pakai untuk dukungan operasional penanganan bencana gempa di wilayah Jatim berjumlah Rp1,2 miliar.
Selain itu, dukungan logistik peralatan berupa sembako 620 paket, hygiene kit 650 paket, selimut 600 lembar, matras 700 lembar, kasur lipat 200 lembar, terpal 300 lembar, tenda pengungsi enam set, tenda keluarga 102 unit, dan makanan siap saji 200 pcs diberikan kepada Pemkab Gresik.
Kemudian, untuk Pemkab Lamongan dan Pemkot Kota Surabaya masing- masing mendapatkan 200 paket sembako, 200 paket hygiene kit, 200 lembar selimut, 200 lembar matras, 50 lembar kasur lipat, terpal 50 lembar, dua set tenda pengungsi, dan 30 unit tenda keluarga.
Dalam pemaparannya, Suharyanto menambahkan, pemerintah pusat akan memberikan perbaikan bagi rumah yang rusak akibat gempa. Rusak berat sebesar Rp60 juta, rusak sedang Rp30 juta dan rusak ringan sebesar Rp20 juta.
“Rusak berat diperbaiki oleh tim, rusak sedang dan ringan dibangun oleh yang punya rumah, kalo mereka punya sumber daya silakan bangun pakai uang sendiri gak apa-apa, nanti haknya tetap dapat,” ungkap Suharyanto.
Rumah rusak berat dibangunkan oleh BNPB, kalau yang punya rumah tidak berdasakan kaidah rumah tahan gempa.
Selain perbaikan rumah, BNPB juga akan memberikan dana bagi rumahnya yang sedang dibangun kembali agar masyarakat bisa tinggal di tempat lain untuk sementara waktu menunggu rumahnya selesai dibangun.
“Yang rusak berat, yang rumahnya sedang dibangun, ada namanya dana tunggu hunian. Satu kepala keluarga Rp500.000 per bulan, itu bisa digunakan untuk sewa rumah,” tutur Suharyanto.
Rapat koordinasi ini dihadiri oleh Penjabat (Pj) Gubernur Jatim, Bupati Gresik, Perwakilan Pemkab Lamongan dan Pemkota Surabaya.
Kemudian, perwakilan BPBD Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan dan Kota Surabaya, Perwakilan TNI/Polri dan perwakilan BUMN/BUMD, serta organisasi perangkat daerah di wilayah terdampak gempa. BIG