Regional

Tingkatkan Mitigasi Bencana Masyarakat Sumba Tengah dengan Kesenian Tradisional

×

Tingkatkan Mitigasi Bencana Masyarakat Sumba Tengah dengan Kesenian Tradisional

Sebarkan artikel ini
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto saat Pagelaran Budaya Sadar Bencana Mitigasi Bencana Melalui Kearifan Lokal dengan tema "Madung Ati Ba Hanganya Nam Haduka" dihelat di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur. (dok. bnpb)

Lantunan Lagu Tanah Eluhur yang didendangkan para penyanyi, turut memeriahkan Pagelaran Budaya Sadar Bencana Mitigasi Bencana Melalui Kearifan Lokal dengan tema “Madung Ati Ba Hanganya Nam Haduka”.

Tema tersebut memiliki makna Ketangguhan dan Kesiagaan dalam menghadapi bencana, yang dihelat di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Jumat (1/9/2023).

Pagelaran kali ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Sumba Tengah menyelenggarakan Budaya Sadar Bencana dengan menghadirkan beragam pentas tari dan lagu-lagu khas Sumba Tengah yang akan memberikan dan menyampaikan pesan mitigasi bencana.

Sejumlah tarian dan lagu akan dipersembahkan siswa-siswi dan masyarakat di lingkungan Sumba Tengah.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto yang langsung hadir dalam kegiatan ini mengatakan, selain memiliki keindahan alam yang luar biasa, Indonesia juga menjadi laboratorium bencana karena hampir semua jenis bencana ada di Indonesia.

“Mengingatkan kita semua bahwa di satu sisi kita tinggal di negara yang kaya raya yang melimpah sumber daya alam kekayaannya, tapi di sisi lain juga bencana senantiasa mengancam kehidupan kita setiap saat termasuk di Pulau Sumba,” katanya.

Pada tahun 1977, ada bencana tsunami besar melanda Pulau Sumba dan tahun 2021 sebagian saudara-saudara di daerah ini juga mengalami bencana Siklon Tropis Seroja.

“Jadi, tentu saja adik-adik dan anak-anak sekalian harus paham bahwa kita hidup di negara, yang bencananya bisa terjadi setiap saat,” jelasnya.

Meskipun dalam tiga tahun terakhir bencana di wilayah ini tidak banyak, dengan adanya fenomena El Nino Sumba Tengah selama beberapa bulan ke depan diperkirakan akan mengalami kekeringan.

“Tiga tahun terakhir ini relatif bencana di Pulau Sumba terkendali, tapi dalam dua hingga tiga bulan yang lalu dan ke depan sampai dengan September, Oktober November, masyarakat di Sumba Tengah akan terdampak El Nino atau kekeringan,” ungkapnya.

Suharyanto menjelaskan bahwa hal ini berlaku di seluruh wilayah Indonesia, sehingga dalam kesempatan ini dihimbau semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.

Pada kesempatan yang sama, Bupati Sumba Tengah Paulus S.K. Limu menegaskan, pemilihan kesenian tradisional sebagai cara untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap bencana merupakan langkah yang tepat.

“Kesenian tradisional dapat menjadi alat edukasi yang efektif dalam menyampaikan pesan- pesan penting tentang persiapan bencana dengan cara yang menarik dan mudah di mengerti semua lapisan kepada masyarakat,” tegasnya.

Lebih lanjut dia menuturkan, penanganan bencana tidak hanya bisa dilakukan oleh salah satu pihak saja, sehingga perlu peran masyarakat untuk memiliki kemampuan mitigasi bencana guna meminimalisir dampak bencana.

“Budaya sadar bencana harus ditumbuhkan karena menjadi bagian penting dalam mewujudkan masyarakat tangguh bencana. Masyarakat harus berperan aktif untuk menumbuhkan kesadaran dan upaya dalam mitigasi bencana untuk mengurangi risiko bencana,” tutur Paulus.

Dalam kesempatan ini, Kepala BNPB memberikan dukungan operasional penanganan darurat bencana kekeringan yang diterima oleh Bupati Sumba Tengah, antara lain dukungan dana siap pakai sebesar Rp500 juta, mobil dapur umum satu unit, pompa air pemadam kebakaran enam unit dan pompa acon untuk persawahan enam unit. BIG

Facebook Comments Box