JABAR MagzRegional

Prevalensi Stunting Jabar Ditargetkan Turun Signifikan Tahun 2024

×

Prevalensi Stunting Jabar Ditargetkan Turun Signifikan Tahun 2024

Sebarkan artikel ini
Pertemuan Evaluasi Penanganan Stunting dan Aksi Stunting Award ASA di Hotel Holiday Inn, Kota Bandung. (dok. jabarprov.go.id)

Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) berkomitmen menekan angka prevalensi stunting dari 21,7% pada tahun 2023 menjadi 14% hingga 15% pada tahun 2024.

Komitmen itu disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Jabar Herman Suryatman usai menghadiri Pertemuan Evaluasi Penanganan Stunting dan Aksi Stunting Award (ASA) di Hotel Holiday Inn, Kota Bandung.

“Kami berharap hasil aksi konvergensi di lapangan yang dilakukan 27 kabupaten kota dapat menurunkan angka stunting secara signifikan hingga mencapai 14$ hingga 15% pada 2024,” katanya.

Herman menjelaskan, Pemprov Jabar dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jabar sudah mengambil langkah konkret untuk menekan angka prevalensi stunting, di antaranya turut menyukseskan pelaksanaan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh Kementerian Kesehatan.

Selain itu, Herman juga menyoroti pentingnya eksekusi langsung di lapangan.

Dia menambahkan, tiga langkah utama yang harus dilakukan kepada ibu hamil dalam penanganan stunting.

Pertama, mengonsumsi tablet tambah darah tanpa kecuali. Kedua, melakukan pemeriksaan ke petugas kesehatan minimal enam kali selama kehamilan.

Ketiga, memastikan konsumsi protein hewani, seperti telur, daging, ikan dan susu.

Herman juga menekankan pentingnya pemberian ASI eksklusif untuk bayi usia 0 bulan hingga 6 bulan, dilanjutkan dengan pemberian protein hewani pada bayi usia 7 bulan hingga 24 bulan.

“ASI tidak hanya memberikan manfaat kesehatan, tetapi juga mempererat kasih sayang antara ibu dan anak, sesuatu yang tidak bisa digantikan oleh teknologi apa pun,” tuturnya.

“Target kami pada 2025 adalah menurunkan angka stunting ke bawah 10%, bahkan mencapai satu digit. Ini hanya bisa dicapai dengan gotong royong lintas sektor, melalui pendekatan sabilulungan,” tuturnya.

Menurut Herman, penanganan stunting bukan hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan, tetapi juga memerlukan kolaborasi lintas perangkat dinas dan sektor lain.

“Tahun ini, kami tingkatkan sinergi dengan 27 kepala dinas kesehatan, puskesmas, bahkan camat untuk bersama-sama mencapai target ini,” katanya.

Dengan tema Merajut Asa untuk Jawa Barat, acara Aksi Stunting Award menjadi ajang evaluasi sekaligus apresiasi bagi daerah yang menunjukkan kinerja di atas rata – rata dalam penanganan stunting.

Herman berharap penghargaan ini dapat memotivasi seluruh pihak untuk terus berkontribusi demi generasi masa depan yang lebih sehat. BIG

Facebook Comments Box