Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional 2 Jawa Barat (Jabar) menilai stabilitas sektor jasa keuangan di Jawa Barat sampai Juli 2023 tetap terjaga dan tangguh dengan kinerja keuangan yang bertumbuh dan indikator prudensial.
Contoh dari stabilitas keuangan tersebut di antaranya likuiditas yang memadai dan profil risiko yang terjaga di tengah peningkatan pelayanan perekonomian global.
Pada Juli 2023, kredit/pembiayaan perbankan Jabar tumbuh sedikit melandai sebesar 7,22% yoy (Juni 2023: 7,28% yoy) menjadi Rp586,4 triliun, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor listrik dan gas (67,9% yoy).
Kemudian pendidikan (41,1% yoy), sosial budaya & hiburan (34,7% yoy), serta pertambangan (33,9% yoy) seiring dengan meningkatnya kinerja konsumsi rumah tangga dan industri pengolahan.
Sementara dari perolehan pangsa pasar, kepemilikan rumah masih mencatatkan porsi tertinggi sebesar 26,0%, diikuti perdagangan 18,5% dan pembiayaan multiguna 17,9%.
Secara tahunan, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan Jabar pada Juli 2023 bertumbuh sebesar 3,86% yoy (Juni 2023: 3,47% yoy) menjadi sebesar Rp648,1 triliun, dengan porsi tertinggi pada tabungan sebesar 47,6%, diikuti deposito 33,1 persen dan giro sebesar 19,3%.
Kepala OJK KR 2 Jabar Indarto Budiwinoto menjelaskan, OJK mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan dan terjaganya likuiditas.
Likuiditas industri perbankan Jawa Barat pada Juli 2023, lanjutnya, dalam tingkat yang memadai dengan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 90,49% (Juni 2023: 88,66%).
“Sementara kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 3,61% (Juni 2023: 3,44%),” ujar Indarto.
Untuk pertumbuhan perbankan syariah, katanya, di Jabar mencatatkan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan konvensional.
Pembiayaan perbankan syariah di Jabar per Juli 2023 mencapai Rp62,29 triliun dan tumbuh 15,06% yoy yang ditopang oleh pembiayaan dari Bank Umum Syariah dengan porsi pembiayaan sebesar 64,31%, disusul Unit Usaha Syariah sebesar 27,24% dan BPR Syariah sebesar 8,45% dari total pembiayaan.
“Market share pembiayaan perbankan syariah juga terus menunjukkan tren kenaikan, dari sebesar 8,4% pada tahun 2019 (sebelum pandemi Covid-19) menjadi 10,62% per Juli 2023,” ungkapnya.
Sementara itu, perkembangan sektor pasar modal Janar, jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia saat ini sejumlah 69 perusahaan yang terdiri dari sektor perbankan, telekomunikasi, properti, serta industri makanan, dan minuman.
Sampai Juli 2023, nominal transaksi saham dari Jabar mencapai Rp119 triliun yang didominasi oleh investor ritel.
Jumlah Single Investor Identification atau SID di Jabar masih menjadi yang terbanyak yaitu mencapai 2.55 juta SID atau sekitar 22,53% dari total SID Nasional.
Indarto mengatakan OJK KR 2 Jabar bersama Pemerintah Provinsi Jabar, Bursa Efek Indonesia, BJB dan BJB Sekuritas bersinergi untuk mengimplementasikan berbagai kegiatan dalam rangka peningkatan literasi dan inklusi keuangan sektor Pasar Modal, yang ditandai dengan kegiatan Pencanangan Literasi Pasar Modal kepada 1.000 Aparatur Sipil Negara (ASN) di awal Agustus 2023.
Untuk Fintech Peer to Peer (P2P) Lending, Jabar masih menjadi Provinsi dengan outstanding pinjaman Fintech P2P Lending terbesar Nasional dengan pertumbuhan pinjaman sebesar 30,7% yoy mencapai Rp15,2 triliun dengan jumlah penerima sebanyak 5,6 juta rekening.
“Adapun Tingkat Wan Prestasi (TWP) masih terjaga pada angka 4,14 persen. Sejak didirikan, perusahaan Fintech P2P lending telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp216 triliun kepada penerima pinjaman di Jawa Barat,” tuturnya. BIG