Tren pertanian organik makin digandrungi petani Jawa Tengah (Jateng). Selain meningkatkan harga produk pertanian, mutu tanaman pangan meningkat, lebih tahan serangan hama, dan kualitas tanah terjaga.
Hal itu dikatakan Kepala Dishanpan Jateng Dyah Lukisari, bahkan minat petani untuk bertani organik semakin tinggi, dilihat dari pengajuan sertifikasi pertanian organik yang meningkat sejak tahun 2023.
Dia menjelaskan, berdasarkan data Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) Provinsi Jateng pada tahun 2023, sudah ada total 19,16 hektare perkebunan kopi yang disertifikasi organik, sedangkan pada tahun 2024, total 726,69 hektare yang sedang berproses sertifikasi organik.
“Minat terhadap pertanian organik semakin banyak. Ini mengingat kondisi pertanian organik yang lebih tahan serangan hama, kemudian lebih sehat, dan permintaan konsumen akan produk organik meningkat,” tuturnya.
Dyah menyatakan, untuk memudahkan petani, Dishanpan telah memiliki Lembaga Sertifikasi Organik Provinsi Jateng, yang bertugas melakukan penilaian sertifikasi organik.
Di Pulau Jawa, baru Jateng dan Jatim yang memiliki LSO berstatus negeri.
Dia menambahkan, syarat untuk mendapatkan sertifikat tersebut di antaranya lahan harus absen menggunakan bahan kimia selama dua tahun hingga tiga tahun.
Selain itu, air irigasi dan lahan harus bersih dari polusi pupuk kimia.
“Kalau untuk wilayah yang mengajukan sertifikasi pertanian organik, ada Wonogiri, Kendal, Pekalongan, Brebes, Batang dan Purworejo. Kalau produk pertaniannya ada kopi, beras, gula aren hingga manggis,” tuturnya.
Dyah berharap agar semakin banyak petani yang beralih ke budidaya tanaman organik.
“Secara kesehatan tanah lebih bagus dan mengurangi pupuk kimia. Kalau sisi harganya memang beda ketimbang produk biasa. Dari segi rasa, beras pun lebih enak,” tuturnya. BIG