advertisements
advertisements
JABAR MagzRegional

Pemprov Jabar Waspadai Penyebaran Polio

×

Pemprov Jabar Waspadai Penyebaran Polio

Sebarkan artikel ini
Penyakit akibat virus Polio. (dok. kemenkes.go.id)

Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) terus memantau dan mewaspadai kemungkinan potensi penyebaran Polio, menyusul temuan satu kasus positif di Kabupaten Purwakarta.

Menurut Ketua Tim Surveilans Dinkes Jabar Dewi Ambarwati, Polio di Karawang lebih disebabkan karena gencarnya upaya penemuan.

Kredit bagi pemerntah kabupaten (pemkab) saat ini, mengingat pada 2022 Karawang tidak mencapai target pengiriman sampel AFP atau Accute Flaccid Paralysis, yang merujuk ke gejala lumpuh layu akut yang dilaporkan.

“Purwakarta termasuk yang tidak mencapai target pengiriman sampel, tapi kemudian menggiatkan penemuan AFP di lapangan dengan pengiriman sampel,” ujar Dewi Ambarwati, Jumat (24/3/2023) seperti dikutip situs jabarprov.go.id.

Dari sampel yang dikirim pada 14 Maret 2023, Dinkes Jabar dan Dinkes Purwakarta mendapatkan laporan hasilnya positif virus Polio Tipe 2 VDVP.

Sampel tersebut dari seorang anak perempuan usia 4 tahun 5 bulan warga Kampung Cadas Bodas, Desa Tegal Datar, Kecamatan Maniis.

Sebelumnya, balita malang datang ke Puskesmas Cimaragas dengan keluhan demam, dan pasien memiliki riwayat gangguan tumbuh kembang sejak usia dua tahun. Gejala yang terlihat tidak dapat berjalan dan berbicara.

Target pengiriman AFP nasional tahun 2022 angkanya harus lebih dari dua sampel per 100.000 penduduk.

Tahun 2023, targetnya ditingkatkan menjadi tiga sampel per 100.000 penduduk. Penambahan target pengiriman AFP tidak terlepas dari KLB polio di Aceh.

Sebagai catatan, pada tahun 2022 ada 19 daerah di Jabar yang telah memenuhi target pengiriman sampel, yaitu Kabupaten Cirebon, Indramayu, Subang, Garut, Kuningan, Tasikmalaya, Bekasi, Bandung Barat, Pangandaran, Majalengka, Sumedang, Ciamis, dan Kabupaten Karawang.

Kemudian Kota Cirebon, Sukabumi, Banjar, Kota Bekasi, Kota Bogor, dan Kota Bandung.

“Dari semua sampel tinja yang dikirim tahun 2atau belum 022 tidak ada yang positif, baik virus Polio Tipe 1, 2, maupun Tipe 3,” jelas Dewi.

Dia mengimbau kabupaten/kota yang belum mencapai target pengiriman sampel AFP pada tahun 2023 untuk lebih giat mencari kasus polio di masyarakat dan mengirimkan sampelnya ke provinsi.

Menurut Dewi, Tim Surveilans Dinkes Jabar bersama Dinkes Purwakarta, Kementerian Kesehatan dan WHO telah turun ke Desa Tegal Datar Kecamatan Maniis untuk melakukan langkah penyelidikan epidemiologi polio.

Atas dasar rekomendasi Tim Ahli, beberapa langkah sudah diambil.

Pertama, menggambil sampel tinja dari 30 anak sehat di desa tersebut untuk melihat sudah ada sirkulasi virus dan terpapar pada anak atau tidak, tapi tidak sakit (seperti kejadian di Aceh).

Kedua, skrining dari rumah ke rumah untuk mencari suspek AFP, dan melihat situasi kesehatan anak-anak mulai dari riwayat imunisasi, kesehatan lingkungan dan lain-lain.

Hingga 17 Maret 2023, tim telah berhasil mewawancarai 261 kepala keluarga dari target 200 rumah.

Ketiga, merujuk pasien suspek polio di Desa Tegal Datar ke RS Hasan Sadikin untuk diperiksa lebih lanjut.

Keempat, edukasi dan meningkatkan kapasitas puskesmas dan rumah sakit di Kabupaten Purwakarta.

Kelima, mencegah penyebaran kasus dengan melakukan ORI (Outbreak Respon Imunization), yakni imunisasi Polio Tetes Tipe 2 atau lebih dikenal dengan Sub PIN pada semua anak di bawah usia 5 tahun, di seluruh kabupaten/kota yang memiliki peta risiko tinggi Polio. BIG

 

 

 

Facebook Comments Box